Art Deco
Gedung Chrysler adalah gedung pencakar langit bergaya Art Deco yang terletak di East Side Midtown Manhattan di New York City , di persimpangan 42nd Streetdan Lexington Avenue di lingkungan Turtle Bay di Manhattan . Pada 1.046 kaki (318,9 m), bangunan ini merupakan bangunan tertinggi di dunia selama 11 bulan sebelum dilampaui oleh Empire State Building pada tahun 1931. Ini adalah bangunan batu bata tertinggi di dunia dengan struktur baja. Pada tahun 2015 , Chrysler adalah bangunan tertinggi kelima di kota .
Gedung Chrysler dibangun sebagai bagian dari ledakan gedung New York City, dengan kota yang menjadi tuan rumahgedung tertinggi di dunia dari tahun 1908 sampai 1974. Tanah sekitarnya dibagi oleh Jalan Post Lama Boston , yang mendahului Rencana Komisaris 1811 yang membentuk jaringan jalan untuk Manhattan. Akibatnya, dinding timur pangkalan, yang darinya menaranya naik, melintas miring ke grid jalanan Manhattan. Situs ini kira-kira berbentuk trapesium dengan bagian sepanjang 201 kaki (61 m) di Lexington Avenue; bagian depan sepanjang 167 kaki (51 m) di 42nd Street; dan bagian sepanjang 205 kaki (62 m) di 43rd Street Tanah di mana Gedung Chrysler berdiri disumbangkan ke Serikat Cooper untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Seni pada tahun 1902.
Dari akhir 1928 sampai awal 1929, modifikasi desain kubah berlanjut. Pada bulan Maret 1929, pers menawarkan rincian "kubah artistik" berbentuk bintang raksasa yang diberi tanda tiga puluh runcing, yang akan dinobatkan dengan patung setinggi lima meter. Desain akhir kubah memiliki beberapa lengkungan dan jendela segitiga. Desainnya dipengaruhi oleh niat Walter Chrysler untuk membuat bangunan tersebut menjadi markas Chrysler Corporation dalam kapasitasnya sebagai ketua perusahaan, dan karena itu, berbagai detail arsitektur dimodelkan setelah produk mobil Chrysler seperti ornamen kapak Plymouth (lihat § Desain antara kemunduran ). Gargoyle bangunan di lantai 31 dan elang di lantai ke-61, dirancang untuk menandakan penerbangan, memberi contoh usia mesin pada tahun 1920an. Bahkan jarum dibangun menggunakan proses yang mirip dengan Chrysler yang digunakan untuk memproduksi mobilnya, dengan "keahlian kerajinan tangan" yang tepat. Dalam otobiografinya, Chrysler mengatakan bahwa dia menyarankan agar bangunannya lebih tinggi dari Menara Eiffel .
Keluarga Chrysler mewarisi properti tersebut setelah kematian Walter Chrysler pada tahun 1940, dengan properti di bawah kepemilikan WP Chrysler Building Corporation. Pada tahun 1944, perusahaan mengajukan rencana untuk membangun sebuah lampiran 38 lantai di sebelah timur bangunan di 666 Third Avenue. Pada tahun 1949, ini direvisi menjadi anjungan 32-cerita dengan biaya $ 9 juta. Gedung pameran , dirancang oleh Reinhard, Hofmeister & Walquist , memiliki desain fasad yang serupa dengan Gedung Chrysler yang asli, namun karena batu untuk bangunan aslinya tidak lagi diproduksi, fasad malah direplikasi. Konstruksi dimulai pada lampiran pada bulan Juni 1950, dan penyewa pertama mulai menyewa pada bulan Juni 1951. Bangunan itu sendiri selesai pada tahun 1952, dan jembatan langit yang menghubungkan dua lantai ketujuh bangunan dibangun pada tahun 1959.
Keluarga tersebut menjual bangunan itu pada tahun 1953 kepada William Zeckendorf dengan harga yangikan dihargai $ 18 juta. Kesepakatan tahun 1953 mencakup lampiran dan Gedung Abu - Abu di dekatnya, yang bersama dengan Gedung Chrysler dijual seharga $ 52 juta gabungan. Pada tahun 1957, Gedung Chrysler, paviliunnya, dan Gedung Graybar di seberang 43rd Street dijual seharga $ 66 juta dalam bentuk yang dilaporkan sebagai penjualan real estat terbesar pada saat itu.
Gedung Chrysler dianggap sebagai contoh arsitektur Art Deco yang terkemuka. Bagian luar bangunan memiliki sekitar lima puluh ornamen total yang menonjol dari sudut bangunan di lima lantai berbeda dengan cara yang mirip dengan gargoyle katedral Gothic . Sudut di lantai 61 menghiasi dengan elang, (anggukan ke elang botak , burung nasional Amerika Serikat ), sementara lantai 31 berisi gargoyle dan replika dari tutup radiator Chrysler 1929 di sudutnya. Bangunan ini terbuat dari batu dengan rangka baja, serta kelongsong logam, dan saat ini berisi 3.862 jendela di fasadnya.
Lobi berbentuk segitiga dianggap sebagai teladan gaya Art Deco, dengan pengaruh yang jelas dari Ekspresi Ekspresionisme Jerman . Chrysler menginginkan desain untuk mengesankan arsitek dan tokoh mobil lainnya, jadi dia mengimpor berbagai bahan tanpa memberikan pertimbangan mengenai biaya tambahan yang dikeluarkan. Dia menutupi dinding dengan lempengan granit merah Afrika yang besar. Di lantai, dia menandai jalan dari pintu masuk ke lift dengan menggunakan travertine dari Siena . Awalnya, rencana Van Alen untuk lobi mencakup empat kolom pendukung besar, namun mereka dipindahkan setelah Chrysler keberatan dengan alasan bahwa kolom yang dibuat lobi tersebut tampak "sempit".
Lobi memiliki pencahayaan redup yang memberikan kualitas agak tenang, meskipun appliques lampu mencolok dan ikon. Kedua faktor tersebut menciptakan suasana yang akrab dan menonjolkan tempat tersebut. Batang vertikal lampu neon ditutupi dengan marmer biru Belgia dan onyx amber Meksiko, yang memadamkan dan menyebarkan cahaya dengan sinar lembut yang menyinari dan sekering dengan dinding marmer merah. Lobi juga berisi empat bank lift, semuanya dengan desain yang berbeda.
Ada total 32 lift di gedung pencakar langit, berkerumun dalam kelompok enam atau delapan. Pada saat pembukaan, 28 lift ini digunakan untuk penumpang. Setiap bank memiliki lantai yang berbeda di dalam gedung, dengan beberapa lift "ekspres" beralih dari lobi ke beberapa pendaratan di antaranya, sementara lift "lokal" menghubungkan pendaratan dengan lantai di atas pendaratan menengah ini. Menurut Vincent Curcio, "interior lift ini mungkin satu-satunya yang paling indah dan, di samping kubah, ciri paling penting dari keseluruhan bangunan."
Villa Isola
Villa Isola adalah bangunan isola yang terdapat di kawasan pinggiran utara kota bandung. Berasal dari kata isolation yang berarti mengasingkan diri. Kata isola diambil dari falsafat berretty yang berbunyi “M isollo E Vivo” yang artinya “saya mengasingkan diri dan saya bertahan hidup”.
Dominique W. Berrety
merupakan keturunan campuran jawa-itali.saat masih muda dia pernah bekerja di surat kabar java bode, sampai akhirnya pada tahun 1907 mendirikan usaha jasa telegraf yang konon katanya merupakan perusahaan jasa telegraf pertama di Indonesia. mendirikan agen pers ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap) di Batavia. Kesukesean berretty menjadikannya seseorang yang kaya raya dan selebriti pada masa itu. Setelah itu, dia mulai mambangun VILLA ISOLA dengan biaya 500.000 gulden ( sekitar 250 Milyar rupiah). Dari jaman dahulu sampai sekarang Bandung terkenal dengan udaranya yang sangat sejuk, terlebih daerah Bandung utara atau Lembang sekitarnya, dari situlah Berretty memilih tempat yang tepat untuk membangun sebuah vila.
C.P. Wolff Schoemaker
gedung ini di bangun dengan waktu yang sangat singkat dimulai pada Oktober 1932 sampai Maret 1933. Schoemaker dikenal sebagai Arsitek ART DECO yang mahir menyelaraskan arsitektur eropa dengan lingkungan tropis dan keahliannya dalam memadukan elemen dekoratif kuno dengan arsitektur modern.
Villa Isola adalah bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Berlokasi pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang (Jln. Setiabudhi), gedung ini dipakai oleh IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Bandung, yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia-UPI). Villa Isola adalah salah satu bangunan bergaya arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di Bandung.
Villa Isola dibangun pada tahun 1933, milik seorang hartawan Belanda bernama Dominique Willem Berretty. Kemudian bangunan mewah yang dijadikan rumah tinggal ini dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann. Perkembangan selanjutnya, ia dijadikan Gedung IKIP (sekarang UPI) dan digunakan sebagai kantor rektorat.
Suatu publikasi khusus pada masa Hindia Belanda untuk villa ini ditulis oleh Ir. W. Leimei, seorang arsitek Belanda. Dalam publikasi ini, Leimei mengatakan bahwa di Batavia ketika urbanisasi mulai terjadi, banyak orang mendirikan villa di pinggiran kota dengan gaya arsitektur klasik tetapi selalu beradaptasi baik dengan alam dan ventilasi, jendela dan gang-gang yang berfungsi sebagai isolasi panas matahari. Hal ini juga dianut oleh Villa Isola di Bandung. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura saat menjelang Perjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Gedung ini dibangun atas rancangan arsitek Belanda yang bekerja di Hindia Belanda Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Gedung ini berarsitektur modern dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat arsitektur Jawa bersumbu kosmik utara-selatan seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi kosmik ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak lurus dengan sumbu melintang bangunan kearang Gunung Tangkuban Perahu. Bangunan berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan.
Bagian villa yang menghadap utara dan selatan digunakan untuk ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan; masing-masing dilengkapi jendela dan pintu berkaca lebar, sehingga penghuni dapat menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Pemandangan indah ini juga dapat diamati dari teras yang memanfaatkan atap datar dari beton bertulang di atas lantai tiga.
Pada taman belakang terdapat kolam dengan pergola untuk bunga anggrek, mawar dan dilengkapi dengan lapangan tenis. Di depan sebelah utara jauh terpisah dari bangunan utama ditempatkan unit pelayanan terdiri dari garasi untuk beberapa mobil, rumah sopir, pelayan, gudang dan lain-lain.
Pintu gerbang masuk ke komplek villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan portal datar dari beton bertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang mirip dengan bagian rumah Toraja (tongkonan). Setelah melalui pintu utama terdapat vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya.
Ruang penerima ini terdapat di balik pintu masuk utama selain berfungsi untuk tempat mantel, payung tongkat dan lain lain juga sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang di dalam. Dari vestibula ke kiri dan ke kanan terdapat tangga yang melingkar mengikuti bentuk gedung secara keseluruhan. Tangga ini terus-menerus sampai ke atap.
Ruang-ruang seperti diekspresikan pada wajah gedung bagian utara (depan) maupun selatan (belakang) juga simetris. Ruang-ruang yang terletak di sudut, dindingnya berbentuk 1/4 lingkaran. Lantai paling bawah digunakan untuk rekreasi, bermain anak-anak dilengkapi dengan mini bar langsung menghadap ke teras taman belakang. Selain itu pada bagian ini, terdapat juga ruang untuk kantor, dapur, kamar mandi dan toilet.
Di atasnya adalah lantai satu yang langsung dicapai dari pintu masuk utama. Pada lantai ini, di belakang vestibule terdapat hall cukup besar, permukaannya sedikit lebih rendah, karena itu dibuat tangga menurun. Kemudian setelah tangga langsung ke salon atau ruang keluarga yang sangat luas. Antara hall dan salon dipisahkan oleh pintu dorong sehingga bila diperlukan, kedua ruangan ini dapat dijadikan satu ruang yang cukup luas. Jendela pada ruangan ini juga mengikuti dinding yang berbentuk lingkaran sehingga dapat leluasa memandang kota Bandung. Ruang makan terletak di sebelah kiri (barat) salon. Di sebelah kanan (timur) ruang makan terdapat ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan ruang ketik di belakangannya (utara). Semua ruang berjendela lebar kecuali untuk menikmati pemandangan luar, juga sebagai ventilasi dan saluran sinar matahari. Pembukaan jendela, pintu yang lebar merupakan penerapan konsepsi tradisional yang menyatu dengan alam.
Semua ruang tidur ditempatkan pada lantai dua berjejer dan berhadapan satu dengan lainnya yang masing masing dihubungkan dengan gang di tengah. Pembagian ruang tidur dilakukan secara simetris. Di sebelah selatan terdapat ruang tidur utama, tengah utara untuk ruang keluarga dan di sebelah barat dan timur terdapat lagi kamar tidur. Masing-masing kamar mempunyai teras atau balkon. Kamar tidur utama sangat luas dengan ruang pakaian dan toilet di kiri kanannya. Antara ruang tidur utama dan teras terdapat pintu dorong selebar dinding sehingga apabila dibuka teras menyatu dengan kamar tidur, menghadap ke arah kota Bandung. Untuk melindungi teras dan ruang tidur dari air hujan, dibuat tritisan dari kaca disangga dengan rangka baja.
Bentuk ruang keluarga identik dengan ruang tidur utama, dengan latar belakang ke arah utara, sehingga Gunung Tangkubanparahu menjadi vistanya. Di atas ruang-rung tidur terdapat lantai tiga yang terdiri atas sebuah ruang cukup luas untuk pertemuan atau pesta, kamar tidur untuk tamu, sebuah bar, dan kamar mandi serta toilet tersendiri. Sama dengan ruang lainnya. ruang ini memiliki teras, jendela dan pintu dorong lebar.
Di atas lantai tiga berupa atap datar yang digunakan untuk teras. Semua perabotan dan kaca tritisan diimpor dari Paris, Perancis.
Bangunan ini ada tendensi horisontal dan vertikal yang ada pada arsitektur India yang banyak berpengaruh pada candi-candi di Jawa. Dikatakannya dalam arsitektur candi maupun bangunan tradisional, keindahan ornamen berupa garis garis molding akan lebih terlihat dengan adanya efek bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek masa lampau dalam mengeksploitasi sinar matahari tropis.
kesimpulan
Schoemaker banyak memadukan filsafah arsitektur tradisional dengan modern dalam bangunan ini. Secara konsisten, ia menerapkannya mulai dari kesatuan dengan lingkungan, orientasi kosmik utara selatan, bentuk dan pemanfaatan sinar matahari untuk mendapat efek bayangan yang memperindah bangunan.