top of page

ARSITEKTUR REVIVAL ISLAM DI ABAD KE-18

ARSITEKTUR REVIVAL ISLAM DI ABAD KE-18

Juan Nata / 20162320002

Mahasiswa Arsitektur Universitas Matana

Islam sebagai Agama tidak hanya mencangkup aspek spiritual, namun juga cara hidup secara menyeluruh. Berkembang sejak abad ke-6 sampai ke-7 Masehi, Islam tersebar hampir di seluruh Timur Tengah sampai Eropa. Beriringan dengan itu, Islam membentuk sebuah komunitas baru dengan budaya baru, meskipun Islam sendiri bukanlah merupakan sutu etnis atau kebudayaan, tapi nilai-nilai dalam Islam sedikit banyak memengaruhi masyarakat dan salah satunya bentukan arsitektur mereka.


ROYAL PALACE OF SINTRA

Royal Palace of Sintra (Portuguese: Palácio Nacional de Sintra) dibangun pada masa pemerintahan King João I, istana yang kini menjadi museum (historic house museum) dahulu berfungsi sebagai tempat tinggal para bangsawan Portugis. Dibangun dengan gaya arsitektur Mudéjar yang terlihat dari barisan bukaan dengan lengkungan dan ornamentasi interior yang khas.


Royal Palace of Sintra

Sumber: http://www.planetware.com/sintra/palacio-nacional-de-sintra-p-lei-palns.htm


Di Eropa, Islam tersebar di Andalusia hingga Istanbul (dahulu Konstantinopel). Khususnya di Andalusia, Spanyol, merupkan salah satu wilayah dimana Islam berkembang cukup pesat, hingga juga memengaruhi daerah di sekitarnya, salah satunya Portugis. Perdagangan dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu media pesebaran Islam di Eropa. Para Saudagar dari Persia dan Arab menjalin hubungan dangang denga para bangsawan di Portugis, mengingat Portugis memang cukup terbuka pada masa itu. Di Sintra, Lisbon, Portugal (Portugis), Bukti keberadaan Islam terlihat dari gaya arsitektur mereka. Arsitektur Mudéjar merupakan gaya arsitektur yang dapat ditemui di pernjuru kota Lisbon, berpadu dengan gaya arsitektur Eropa lain, harmoni namun kontras.


Jika ditarik dari garis sejarah, Royal Palace of Sintra telah ada sejak akhir abad ke-8 Masehi, didirikan di atas bekas istana bergaya Moorish, sejarah istana ini dimulai sejak era Moorish Al-Andalus setelah pembebasan Hispania oleh Ummayad pda abad ke-8 Masehi, dibangunlah dua kastil di Sintra, salah satunya istana ini yang dahulu dikenal sebagai Castelo dos Mouros (Castle of the Moors). setelah itu pada abad ke-14 Masehi dibangunlah Istana Sintra yang sekarang pada masa pemerintahan King João I. Lalu pada pertengahan abad ke-16 dilakukan revitalisasi dan penambahan paada beberapa aspek bangunan pada masa pemerintahan King Manuel I, gaya arsitektur Gothic-Renaissance revivalisme (Manueline) dan Mudéjar menjadi gaya dominan istana ini hingga sekarang.


Denah (floor plan) Royal Palace of Sintra

Sumber: Dokumen penyusun.


Ciri-ciri arsitektur Mudéjar adalah bentuk bangunan yang mengikuti gaya bangunan Eropa abad pertengahan (Romaesque atau Gothic) dengan aspek dan konsep renaissance seperti banyaknya bukaan, facade yang simetris, namun keseluruhan ornamentasi dan suasana bangunan merupakan pengembangan (revivalisme) dari gaya arsitektur Moorish-Islamic yang mana sangat memengaruhi atmosfer bangunan. Ukiran tumbuhan dan hewan yang disandingkan dengan bentuk-bentuk geometris dan lengkungan (arch) bergaya Persia. Pada bangunan ini salah satu contohnya terdapat pada ruangan Sala dos Cisnes (Hall of The Swans) yang pada langit-langitnya terdapat 27 panel kayu oktagonal berlukiskan angsa dengan background naturalis. Nuansa dan warna hijau-biru mendominasi sisi sisi bangunan. Hijau sebagai lambang Islam dan Biru sebagai lambang Eropa, menandakan 2 masa kejayaan bangunan in, meskipun kental unsur Spiritual, namun bangunan ini bangunan ini diperuntukan sebagai bangunan residensial. Pencampuran ini juga terlihat dari pengaturan interior bangunan, seperti dapur yang sangat eropa dengan Hall-hall dengan nuansa Asia dan Timur tengah, namun dengan pengaturan ruang Eropa, pemilihan furniture juga mencerminkan hal tersebut. Ciri revivalisme inilah yang menandakan ke-modern-an dari bangunan ini, dimana orang-orang membangun suatu gaya tidak lagi spesifik terhadap satu tipologi bangunan, namun suatu gaya dapat diterapkan ke dalam suatu bangunan.




TILYA-KORI MADRASAH

Tilya-Kori Madrasah merupakan bangunan sekolah (madrasah) yang berada di kompleks Registan, Samarakand, Uzbekistan. Bangunan ini berfungsi sebagai asrama para Cendikiawan dan juga sebagai tempat Ibadah (Masjid). Kompleks Registan terdiri dari lapangan terbuka dan tiga bangunan Madrasah. Ulugh Beg Madrasah (1417–1420) yang paling tua, Sher-Dor Madrasah (1619–1636), dan Tilya-Kori Madrasah (1646–1660) yang paling baru.


Kompleks Registan

Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/00/Registan_square_Samarkand.jpg/1024px-Registan_square_Samarkand.jpg


Di Daerah Persia hingga sekitaran Asia Barat yang berbatasan dengan Timur Tengah, Islam telah ada sejak awal perkembangannya. Sebenarnya islam tidak memiliki aturan atau gaya arsitektur sendiri, namun karena berkembang di daerah timur tengah dimana budaya Parsi (Persia), maka bentukan arsitektur mereka sedikit banyak terpengaruh bentukan arsitektur Persia.


Madrasah ini dibangun untuk para Cendikiawan Muslim tinggal sekaligus belajar. selain berfungsi sebagai Madrasah, sekarang kompleks Registan telah dibuka untuk publik dan berfungsi sebagai pusat Kota Samarakand. Keseluruhan bangunan berupa kamar-kamar dua lantai yang mengelilingi courtyard. bentuk losure demikian sering diadaptasi untuk bangunan asrama tipikal, untuk meberikan ruang publik yang bersifat sebagai pusat bangunan (pola terpusat, dimana pusat bangunan bersifat lebih kuat di antara ruang disekitarnya). bentuk yang sangat geometris ini juga memperkuat pusat bangunan (courtyard) sebagai focal point bagi para penghuni bangunan tersebut.


Arsitektur Azeri sebagai gaya arsitektur revival islam yang masih sangat terpengaruh gaya arsitektur Persia memang sangat memerhatikan bentukan geometri, bentuk yang seimbang ini juga yang menjadi ciri khas arsitektur persia, dan khususnya arsitektur “Islam”. Bangunan Masjid di dalam kompleks juga dibuat sesimetris mungkin, selain karena langgam, bentukan yang demikian merupakan respon terhadap fungsi bangunan yang harus dapat menampung banyak orang.


Pengaturan ruang yang juga simetris, dengan sistem grid membagi ruang-ruang kamar para Cendikiawan dengan Masjid di salah satu sisi bangunan. orientasi bangunan juga mengikuti arah kiblat, mengingat bangunan ini juga sebagai tempat Ibadah.


Pengguaan mozaik juga terlihat hampir di seluruh bangunan, baik itu fasade, dome, maupun minaret (menara Masjid). Mozaik disusun membentuk pola geometris. pola-pola tumbuhan dan hewan juga ditemui di dalam bangunan, namun mengingat Islam memang melarang adanya gambaran makhluk hidup dalam karya seni, penemuan ini sedikit kontradiksi, meskipun terkadang pola atau gambar tumbuhan masih sering ditemui dibangunan lain.




REFERENSI

Single post: Blog_Single_Post_Widget

Recent Posts

Archive

Tags

bottom of page