Allan Jacobs “Great Street”, Studi Kasus: Jalan Ciater Raya, Tangerang Selatan, Banten
ALLAN JACOBS “GREAT STREET”
STUDI KASUS: JALAN CIATER RAYA, TANGERANG SELATAN, BANTEN
Juan Nata - 20162320002
Mahasiswa Arsitektur Universitas Matana
Sebuah jalanan menjadi bagian penting sebuah kota. Sebagai jalur penghubung, jalanan memiliki fungsi seperti nadi dari sebuah kota. Tanpa adanya jalanan yang baik, aktivitas khususnya transportasi dapat terganggu. Allan Jacobs dalam bukunya yang berjudul Great Street, memaparkan bagaimana sebuah jalanan dapat memiliki banyak aspek dan bagaimana sebuah jalanan dapat menentukan keadaan sebuah kota.
Jalanan yang berada di dalam sebuah kota memiliki banyak variabel yang menentukan apa sebenarnya fungsi jalanan tersebut. Secara singkat hal ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: fungsi transportasi, dan fungsi komunitas. Fungsi transportasi secara fisik adalah bagaimana sebuah jalan dapat menyediakan akses yang aman dan nyaman, mudah diingat, atraktif, dan seimbang untuk transportasi. Sedangkan fungsi komunitas lebih bersifat impalpable meskipun tetap diwujudkan secara fisik, seperti: mendukung terbentuknya komunitas, tersedianya ruang publik, simbolik, dan tersedianya ruang untuk perkembangan ekonomi dan sosial.
Rute pengamatan, jalan Ciater Raya
Salah satu contoh kasus adalah jalan Ciater Raya, Tangerang Selatan, Banten. Jalanan di dalam kota Tangerang Selatan ini menghubungkan Kecamatan Pamulang dengan kecamatan Serpong. Sebagai jalur penghubung antar wilayah, jalan Ciater Raya memang dirancang untuk jalur transportasi, namun pemugaran yang dilakukan pada tahun 2014, berupaya menambahkan fungsi komunitas disamping pelebaran jalan. Jalur pedestrian diperlebar, ruang publik berupa taman mulai ditata, tempat transit seperti halte bus telah disediakan, dan ruang untuk aktivitas komersial juga dibuka.
Suasana jalan dari seberang rute pengamatan
Sumber: dokumen penulis
Akan tetapi untuk membentuk sebuah komunitas tidak hanya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terbentuknya sebuah komunitas. Dan sayangnya, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik olah masyarakat sekitar, meskipun tempat-tempat komersil di sisi-sisi jalan tidak pernah sepi, namun penggunaan kendaraan pribadi masih banyak dipilih untuk mencapai tempat-tempat tersebut. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sekitar jalanan ini memang jalanan ini masih bersifat hanya sebagai jalan transportasi antar wilayah, sehingga memang dirasa aneh jika berjalan kaki menyusuri jalan ini meskipun dari aspek keamanannya tidak buruk dan memenuhi standar, namun juga tidak bisa dikatakan sangat baik. Dengan berjalan menyusuri jalanan ini memang tidak ditemukan masalah yang menyebabkan orang-orang tidak mau atau merasa tidak aman berjalan kaki sepanjang jalan ini.
Potongan Jalan Ciater Raya
Sumber: dokumen penulis
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa rancangan sebuah jalanan, khususnya jalanan dalam kota tidak hanya berupa sarana-prasarana ataupun struktur-infrastuktur. Ketika semua sarana telah tersedia dan memenuhi aspek untuk terbentuknya sebuah komunitas, semua itu tidak akan berhasil jika masyarakat sekitar tidak tergerak untuk memulai sebuah komunitas. Pemerintah Kota Tangerang Selatan mungkin telah mencoba menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, namun rancangan yang baik tentu harus diikuti dengan eksekusi yang baik pula. Jadi variabel komunitas memang ditekankan dalam rancangan jalanan ini, hanya saja proses eksekusi untuk mengajak masyarakat memanfaatkan fasilitas tersebut kurang ditindak lanjuti.