ARSITEKTUR MESIR KUNO: PIRAMIDA
ARSITEKTUR MESIR KUNO: PIRAMIDA
Irene Meylinda 20162320009 / Rahmania Indrianti 20162320014
Sekitar tahun 3000 SM pada bagian utara Benua Afrika muncul peradaban Mesir kuno. Wilayah mesir yang sebagian besar merupakan padang pasir memiliki sungai ditengah-tengahnya, yaitu sungai Nil. Sungai ini berasal dari Afrika Tengah yang mengalir melewati Mesir kemudian bermuara di Laut Tengah.
Sungai Nil menjadikan daerah sekitarnya subur. Sehingga mata pencaharian penduduk mesir ialah bertani. Namun, sungai Nil mengalami musim pasang surut. Ketika musim pasang datang, mereka memanfaatkan waktu dan tenaga mereka pada kegiatan lain, salah satunya dalam bidang arsitektur. Material yang mereka gunakan pada arsitekturnya adalah tanah liat dan lumpur yang didapat dari pasang surut sungai Nil.
Masyarakat Mesir Kuno menyembah
banyak dewa (politeisme). Dewa yang paling terkenal adalah Dewa Re atau Dewa Amon, yaitu Dewa Matahari. Dewa Re dianggap sebagai kepala dewa-dewa maka rakyat Mesir Kuno sangat memujanya. Untuk menyembah Dewa Re, masyarakat Mesir Kuno mendirikan bangunan tugu dari batu (obelisk). Dewa-dewa yang lain adalah Dewa Osiris, yaitu dewa yang menghakimi roh-roh orang yang sudah meninggal, Dewi Isis (Dewi Kesuburan) istri Dewa Osiris, dan Horus (putra Osiris).
Masyarakat Mesir Kuno selain menyembah banyak dewa juga memuja beberapa binatang yang dianggap keramat, misalnya ibis (burung bangau), apis (lembu jantan), buaya, dan kucing.
Di samping itu, bangsa Mesir Kuno juga percaya bahwa roh seseorang yang meninggal akan tetap hidup, selama jasmaninya masih utuh. Oleh karena itu, rakyat Mesir Kuno mengadakan kebudayaan mumi atau mengawetkan mayat dengan cara membalsem. Dengan demikian, mayat seseorang dapat bertahan sampai ratusan tahun bahkan ribuan tahun.
Kehidupan di Mesir lebih berkembang dibandingkan beradaban di belahan bumi lain seperti Sumeria. Hal ini membuat penduduknya menyukai kemewahan dan kesenangan. Ketika orang Sumeria masih memakai kulit domba, orang Mesir sudah belajar menenun linen tipis. Mereka juga sudah menulis pada semacam kertas lembut yang terbuat dari batang buluh papyrus. Keelokan seni mereka tak tertandingi di dunia, bahkan tulisan mereka pun berseni. Mereka masih terkenal karena kosmetik, cat rambut, rambut palsu, dan barang untuk bersolek lainnya. Barang kali manisnya hidup mereka itulah yang membuat orang Mesir begitu mengkhawatirkan kematian. Pada masa Pradinasti, raja dihukum mati bila sudah terlalu lemah untuk dapat memerintah. Para pendeta menghibur raja dengan gagasan bahwa dia akan hidup setelah mati. Gagasan inilah yang meyakinkan orang Mesir berusaha agar badan jasmani orang yang telah mati tidak akan rusak. Untuk mencapai tujuan itu mayat manusia harus dijadikan mummi.
Pada awalnya masyarakat Mesir Kuno, menguburkam mayat dengan hanya ditimbun pasir dan tanpa ditandai. Ketika badai gurun datang, maka kuburan itu akan hilang, atau dimangsa binatang buas. Kemudian, karena pengalaman tersebut untuk mempertahankan kuburan nenek moyang mereka berkembanglah pemikiran untuk menutup bagian atas kuburan, yaitu dengan Mastaba. Disebut mastaba karena bentuknya seperti bangku yang biasa terdapat di teras rumah orang Mesir Kuno (Bahasa Arab mastaba artinya bangku).
Mastaba mempunyai beberapa kamar, salah satunya dipergunakan untuk menyimpan jenazah dan yang lainnya dipergunakan untuk menampung barang. Seiring berjalannya waktu mastaba berkembang dengan diperbesar dan semakin tinggi, sampai-sampai ada yang lima meter tingginya. Penataannya pun semakin rumit. Bahkan ada mastaba yang dibangun secara besarbesaran, dan mempunyai 30 ruangan.
Pada sekitar 2700 SM, Raja Zoser meminta arsiteknya, Imhotep, agar membuat makam yang memperlihatkan ketinggian statusnya. Imhotep merancang makam dari batu, bukan batu bata, bahan yang biasa digunakan untuk membangun makam. Di bawah makam dan kuil-kuilnya, dia merancang salah satu jaringan lorong bawah tanah paling ruwet yang pernah dibangun. Dia mengerahkan ribuan pekerja selama musim banjir, yang normalnya adalah saat libur mereka. Batu-batu yang sangat besar didatangkan dari tempat yang jauh dengan melalui Sungai Nil dan gurun.
Kemudian dibangun satu piramida sejati, pada sekitar 2600 SM. Adalah anak laki-laki Sneferu, Khufu (Cheops-Kheops), yang memutuskan untuk mengabadikan namanya dengan piramida raksasa. Secara keseluruhan, 100.000 orang menghabiskan waktu 20 tahun membangun makam Khufu di Kota Gizeh. Dia bahkan menutup kuil dan menyuruh para pendetanya bekerja, kemungkinan hal ini karena mereka menentang sifat Khufu yang mengagungkan diri sendiri. Seperti yang Khufu harapkan, nama dan makamnya tetap bertahan.
REFERENSI:
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_Kuno
https://hijarsmadab.files.wordpress.com/2017/02/peradaban-mesir.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Ashadi_Ashadi2/publication/314305090_Peradaban_dan_Arsitektur_DUNIA_KUNO_SUMERIA-MESIR-INDIA/links/58c033fd92851cbfd30bbf47/Peradaban-dan-Arsitektur-DUNIA-KUNO-SUMERIA-MESIR-INDIA.pdf