Arsitektur Korea
Arsitektur Dinasti Joseon berkembang dari abad 14 sampai abad ke-19. Zaman ini merupakan langkah baru berkembangnya doktrin Neo-Konfusianisme. Doktrin ini yang membuat lahirnya paradigma arsitektur baru. Jaesil atau altar nenek moyang ditemukan di desa-desa dimana keluarga masing-masing berusaha menyediakan fasilitas terbaik untuk acara pemujaan di ruangan tersebut. Jongmyo didirikan di ibu kota pemerintahan untuk kegiatan penghormatan terhadap leluhur. Contoh bangunan pada zaman ini ialah Changdeokgungyang merupakan bangunan kerajaan
Kerajaan Joseon (Chosŏn'gŭl: 대조선국; Hancha: 大朝鮮國, sesungguhnya "Negara Joseon yang Agung"; juga Chosŏn, Choson, Chosun) merupakan sebuah kerajaan yang diciptakan oleh Yi Seong-gye yang berlangsung selama kurang lebih lima abad, dari bulan Juli 1392 sampai Oktober 1897. Secara resmi diganti namanya menjadi Kekaisaran Korea Raya pada bulan Oktober 1897.[1] Didirikan setelah peruntuhan Goryeo yang sekarang adalah kota Kaesong. Awalnya, Korea diganti namanya dan ibukotanya dipindahkan ke wilayah yang sekarang Seoul. Perbatasan utara kerajaan diperluas ke batas-batas alam di Yalu dan Sungai Tumen melalui penaklukkan dari suku Jurchen. Joseon merupakan dinasti terakhir Korea dan merupakan dinasti Konfusianisme yang terpanjang. Pada jaman Joseon terdapat 10 Kaisar yang memimpin kerajaan tersebut.
Istana Changdeok adalah istana Dinasti Joseon di Seoul.Terletak di sebelah timur istana utama (Istana Gyeongbok), dijuluki Donggung (Istana Timur). Changdeokgung bermakna "Istana Kebajikan Gemilang".
Sebagai istana utama, Istana Gyeongbok merupakan pusat pemerintahan yang dikelilingi oleh kuil leluhur, altar kurban dan kantor-kantor pemerintahan. Namun, istana yang disukai dan ditempati lebih lama adalah Changdeok. Saat Dinasti Joseon berakhir pada tahun 1910, Istana Changdeok dijadikan aset pemerintah dan dibuka untuk umum.
Sampai kini, komplek ini dikagumi karena mewarisi elemen-elemen arsitektur Zaman Tiga Kerajaan yang harmonis dengan alam. Metode seperti ini tidak ditemui dalam pembangunan Istana Gyeongbok. Bersama Benteng Hwaseong, Istana Changdeok
Didirikan pada tahun 1405, Istana Changdeok awalnya adalah villa atau balai angin (igung). Istana seperti ini biasanya hanya digunakan sebagai kediaman sementara saat raja ingin beristirahat dari kegiatan rutin. Sebagian besar dibangun jauh dari ibukota, terutama di daerah-daerah dengan pemandangan indah. Namun begitu, Changdeok adalah satu-satunya villa yang terletak dalam ibukota, hanya berjarak 1 km dari Istana Gyeongbok. Kebiasaan membangun villa dalam kota seperti ini bermula semenjak zaman Dinasti Goryeo.
Karena Istana Changdeok pada awalnya dibangun sebagai villa, bangunannya tidak luas dan fasilitasnya diutamakan untuk kemudahan raja. Ketika perannya semakin meningkat untuk acara-acara resmi, kompleknya diperluas dan jumlah bangunan ditambah.
Selama 200 tahun pertama, Istana Changdeok tidak terpengaruh masalah-masalah politik yang terjadi di istana utama. Saat kehidupan raja sedang tenang, ia akan pergi ke Istana Changdeok. Pada periode ini, lokasi yang jadi favorit raja adalah Gwangyeollu ("Pendopo Luas"), yang sudah didirikan sejak awal. Raja Taejong sering mengadakan jamuan untuk para pejabat istana Gwangyeollu dan menonton gyeokgu (polo) dari sini. Dapat disimpulkan bahwa dahulu, Gwangyeollu berada di depan lapangan luas. Selama 100 tahun, Gwangyeollu dimanfaatkan sebagai tempat bersantai-santai. Namun pada abad ke-16, bangunan ini mulai lapuk dan tak terawat, kemudian dirobohkan dan tak pernah dibangun lagi.
Istana Changdok musnah terbakar dalam peristiwa Perang Imjin pada tahun 1592. Pembangunan kembali dilakukan pada tahun 1609, kali ini untuk menggantikan Istana Gyeongbok sebagai istana utama. Bangunan-bangunannya direkonstruksi di posisi semula dengan struktur dasar dan nama yang sama dengan sebelumnya.
Sebenarnya Istana Changdeok sulit untuk dijadikan sebagai istana utama kareana awalnya tidak dirancang untuk mendukung upacara-upacara formal atau penyambutan utusan asing. Halaman depan aula utama terlalu sempit dan pendopo untuk bersenang-senang tidak cukup leluasa menjamu tamu-tamu. Walau terkendala dengan hal-hal ini, keluarga kerajaan tetap menggunakan Istana Changdeok tanpa merombaknya sedikit pun. Hal itu dikarenakan tradisi yang menghindari perusakan terhadap hasil karya leluhur.
Dalam periode 250 tahun dari abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-19, Istana Changdeok mengalami beberapa kali musibah kebakaran serius Pada tahun 1621, terjadi kebakaran yang disebabkan peristiwa Pemberontakan Yi Gwal.
Pada tahun 1830, sebuah kebakaran lain terjadi menghanguskan bangunan-bangunan di bagian dalam istana yang bermula dari ondol yang tertiup angin. Sistem ondol yang digunakan pada musim dingin untuk menjaga kehangatan ruangan-ruangan merupakan risiko yang sulit dihindari. Setelah kebakaran, bangunan-bangunannya selalu direkonstruksi kembali seperti bentuk asli sehingga rancangan dasar masih terus terpelihara sampai sekarang.
Perombakan besar terakhir dilakukan pada awal abad ke-20. Setelah restorasi Istana Gyeongbok, Istana Changdeok sudah terabaikan cukup lama. Saat kaisar Sunjong naik tahta, ia kembali ke Istana Changdeok dan mengubah penampilannya. Pada saat itu, Korea sudah jatuh ke tangan Jepang. Di dalamnya ditambahkan dengan lampu listrik dan dekorasiterbaru. Dengan kematian Kaisar Sunjong pada tahun 1927, banyak bangunan Istana Changdeok dirubuhkan dan kompleknya dibuka sebagai taman umum. Sampai tahun 1970-an pun istana ini hanya sedikit mengalami perubahan. Restorasi dan perbaikan besar dimulai sejak tahun 1980. Dari tahun 1990-an sampai 2000, beberapa bangunan yang diruntuhkan dibangun kembali sehingga Istana Changdeok sekarang sedikit demi sedikit telah kembali ke penampilan aslinya.
Pada gerbang Donhwa terdapat aksara Cina dibagian atapnya, pada jaman dahulu aksara cina merupakan tulisan yang sangat dikagumi oleh negara khususnya Korea, Jepang, dan Cina. Pada jaman sekarang Korea telah menggunakan aksara baru mereka yaitu hanggul.