Arsitektur Yunani dan Romawi
ARSITEKTUR YUNANI DAN ROMAWI
Irene Meylinda Christy / 20162320009; Rahmania Indrianti Yudistira / 20162320014
Mahasiswa Arsitektur Universitas Matana
YUNANI
Yunani adalah bangsa yang paling berpengaruh di dunia, Yunani menciptakan dan mengembangkan berbagai hal penting, misalnya demokrasi, alfabet, filsafat, teater, dan ilmu pasti. Yunani kuno berlangsung dari periode Arkhaik, pada abad 8-6 SM hingga tahun 146 SM ketika Romawi menaklukan Yunani setelah Pertempuran Korinthos.
Yunani memiliki tipologi wilayah yang berbukit. Bukit-bukit inilah memisahkan beberapa suku, kemudian suku-suku tersebut membentuk suatu polis dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi, seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Adanya faktor tipologi berbukit ini menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu. Yunani berkembang cukup pesat dalam peradabannya, sudah lama mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani memilki kepercayaan pagan politheism dengan dewa tertinggi Zeus (dewa Langit), Poseidon (Dewa laut), dan Hades (Dewa dunia bawah).
Pada awalnya arsitektur Yunani adalah megaron. Megaron adalah rumah tinggal vernakular Yunani yang berbahan dasar dari kayu. Megaron menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Lalu desain megaron menjadi tolak ukur untuk membangun bangunan lainnya seperti tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll. Salah satu contohnya ialah Parthenon (kuil paganism Yunani) yang nantinya dapat menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunaskan hingga kini.
Gambar 1: Megaron Yunani (Sumber: https://www.google.co.id, diakses 16 September 2017)
Contoh dari arsitektur klasik Yunani selain Parthenon adalah agora (public space, selasar tempat masyarakat berinteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion (balai dewan), gymnasium (sekolah), pastanium (kantor walikota), stadion, & teather. Kebanyakan bangunan di Yunani menggunakan prinsip post linthel. Prinsip ini merupakan penemuan struktural pertama yaitu dua kolom yang dapat mendukung unsur horizontal (balok) dan vertikal (kolom). Stoa (kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga kedepannya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti, doric dari Doria, ionic dari Ionia, dan corintian dari Corintia. Kolom-kolom tersebut dibangun menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain yaitu golden section dan greek order.
Gambar 2: Parthenon Yunani (Sumber: https://www.google.co.id/, diakses 16 September 2017)
1. Order Dorik
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Doria, memiliki bentuk sederhana dan terkesan kokoh dengan ciri-ciri : kolom bulat berisi, berdiri tanpa base, kapitel tanpa ornamen. Contoh peninggalan bangunan berorder Dorik adalah Kuil Parthenon di Akropolis Athena.
2. Order Ionik
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia, dengan bentuk yang agak rumit terutama pada bagian atas kolom, terkesan anggun, dan memiliki ciri-ciri : kolom bulat ramping, memiliki base pada bagian bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen dengan motif hiasan flora dan fauna. Order Ionik dapat dijumpai pada Kuil Erechtheion di Akropolis Athena.
3. Order Korinthian
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi, bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan elegan, memiliki ciri-ciri : kolom bulat ramping, mempunyai base pada bagian bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen, paling banyak dengan motif flora, berupa daun Acanthus.
Gambar 3: Order Yunani (Sumber:https://id.pinterest.com/, diakses 16 September 2017)
Pada pembangunan Parthenon tidak diketahui siapa arsitek tradisional atau pembangunnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum dikenal masyarakat dan pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh seorang pemuka masyarakat.
ROMAWI Sekitar tahun 338 SM, Korinthos ditaklukan oleh raja Philippos dari Makedonia, yang ketika itu juga menaklukan banyak kota Yunani lainnya. Korinthos tak lagi menjadi sekuat sebelumnya, namun kota ini tetap menjadi pelabuhan penting pada periode Hellenistik. Setelah Romawi menaklukan Yunani pada tahun 100-an SM, mereka membumihanguskan kota Korinthos sepenuhnya pada tahun 146 SM. Seratus tahun setelah penghancuran itu, yaitu pada tahun 44 SM, Julius Caesar membangun kembali Korinthos sebagai kota Romawi.
Gambar 4: Colosseum Romawi Kuno (Sumber: https://www.google.co.id , diakses 17 September 2017)
Romawi banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerintahannya, kepercayaannya, dan arsitekturnya. Romawi menjadi negara imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya. Memilki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani (dewa langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter, Poseidon menjadi Neptunus, dan Hades menjadi Pluto. Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa arsitektur lain tetangga imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi berupa basilika (pengembangan Parthenon), Pantheon (Parthenon dengan tipologi denah lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, teater, sekolah, hypocaust (bagian servis pemandian), apodyterium, frigidarium, calidarium.
[if !supportLineBreakNewLine] [endif]
Gambar 5: Pantheon Rome (Sumber: https://www.google.co.id , diakses 17 September 2017)
Gambar 6: detail kolom menurut roman order (disandingkan dengan greek order). (Sumber: Wikipedia.or.id, diakses 16 September 2017).
Dalam pengembangannya, arsitektur klasik Romawi mengembangkan roman order (dari greek order), tipologi baru berupa parthenon (partheon dengan tipologi denah lingkaran), pergamon (partheon yang lantai dasarnya ditinggikan), teknik konstruksi baru seperti arch (lengkungan), vault (kolong ruang), dome (kubah) yang semua kebanyakan diterapkan dari arsitektur mesopotamia, serta penemuan material baru batu bata, karena arsitektur klasik Romawi masih mengadopsi arsitektur Yunani namun bukan lagi menggunakan batu sebagai materialnya.
Gambar 7: Interior Rome Pantheon. Struktur baru berupa arch , vault , dan dome. (Sumber: Wikipedia.or.id, diakses 16 September 2017).
Berikut ini perbedaan arsitektur Yunani dan Romawi secara singkat: o Arsitektur Yunani menggunakan struktur tiang dan balok yang jelas. Sedangkan Arsitektur Romawi lebih kompleks dengan menambahkan konstruksi busur.
o Arsitektur Romawi lebih menekankan fungsi, konstruksi, dan kesan agung. Sedangkan arsitektur Yunani menekankan nilai-nilai estetika.
o Masa bangunan pada arsitektur Romawi merupakan gabungan beberapa bentuk geometris (seperti pada Pantheon). Sedangkan arsitektur Yunani memiliki masa tunggal yang sederhana.
Arsitektur Romawi hampir seluruhnya anonim seperti arsitektur Yunani, dengan alasan yang sama karena dikerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum adanya profesi arsitek. Pandangan akan profesi arsitek mulai berubah dengan adanya Marcus Vitruvius Pollio (insinyur militer dan penulis buku Ten Books of Architecture). Vitruvius berperan penting dalam keilmuan dan keprofesian arsitektur. Dalam bukunya ia banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk dalam segi keprofesian. Terdapat teorinya yang menjadi definisi arsitektur secara umum yakni venustas (keindahan), utilitas (kegunaan), dan firmitas (kekokohan).
Gambar 8: Marco Vitruvius (Sumber: https://id.pinterest.com/, diakses 16 September 2017)
KESIMPULAN
Adanya perpindahan kekuasaan dari Yunani ke Romawi menyebabkan banyak kemiripan pada karya seni maupun produk arsitekturnya. Salah satunya adalah kolom-kolom yang ada pada bangunan-bangunan keduanya. Romawi terus berkembang dan membuat bangunan dengan teknologi baru yaitu menggabungkan dua bentuk geometri pada bangunannya yaitu Pantheon, yang sebelumnya tidak ditemukan bangunan seperti Pantheon di Yunani. Arsitektur klasik yang menggambarkan perjalanan sejarah arsitektur di Eropa ini memiliki pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dan mencipta karya. Predikat kata klasik diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.
REFERENSI
Teori Arsitektur Klasik. http://alexnova-alex.blogspot.co.id/2011/06/teori-arsitektur-klasik.html. Diposkan oleh Alex - pada 30 Juni 2011 – diakses pada 16 September 2017.
Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik. http://annasmaulana.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-arsitektur-arsitektur-klasik_21.html. Diposkan pleh Maulana, Annas.
Yunani Kuno / Pemerintahan / Korinthos. https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Pemerintahan/Korinthos – diakses pada 16 September 2017.
Arsitektur Yunani Kuno. http://rurucoret.blogspot.co.id/2009/01/arsitektur-yunani-kuno.html. Diposkan oleh Eka, Yuni – pada 28 Januari 2009
Nugroho, Setyo. Perkembangan Arsitektur: Yunani – Romawi. http://www.academia.edu/13945209/Perkembangan_Arsitektur_Yunani_-_Romawi. Ale. 2011.
https://dokumen.tips/documents/sejarah-arsitektur-renaissance.html pada 17 September 2017.